cover
Contact Name
Baskoro Suryo
Contact Email
banindro@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.ars@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
ARS: Jurnal Seni Rupa Dan Desain
ISSN : 18297412     EISSN : 25807374     DOI : -
Core Subject : Humanities, Art,
ARS merupakan jurnal ilmiah berkala yang ditujukan untuk mempublikasikan karya ilmiah hasil penelitian, pengembangan, dan studi pustaka di bidang seni rupa dan desain. Jurnal ini terbit 3 kali setahun dengan 6 artikel setiap edisi yang jatuh pada bulan Januari - April, Mei - Agustus, September - Desember.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "No. 4 / Januari - April 2007" : 7 Documents clear
PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKSESIBILITAS PADA SETTING RUANG BAGI PENYANDANG CACAT TUBUH M. Sholahuddin S. Snv M.T.
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 4 / Januari - April 2007
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i4.245

Abstract

According to the WHO, the number o f physically-challenged ( - difable) people in Indonesia is 7% -20% o f the toted population and only a small proportion o f them possess adequate education and decentemployment. This condition is caused by the lack o f accessible facilities in public spaces (settingroom/interior design). In this condition, they require an institution or community which cares andencourages them to generate a positive attitude.Key Words: Setting Room/Interior Design, Accessibility, Difable.
PROSES KREATIF DENGAN PENCITRAAN ESTETIKA DALAM ETIKA Remy Sylado
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 4 / Januari - April 2007
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i4.246

Abstract

Seorang pelakon, seorang penyair, dan seorang pelukis, bersama-sama keluar darihalaman TIM, berjalan kaki lewat Kalipasir ke Kernolong, hendak ke Senen.Di depan sebuah rumah di kawasan padat Kalipasir, seorang buyung ketagihan narkoba,duduk dengan wajah kuyu, tiada berpengharapan, kayaknya sebentar lagi modar.Maka berkatalah sang penyair kepada sang pelakon dan sang pelukis, "Kasihan sekalibuyung itu. Hari-harinya gelap seperti jelaga. Tapi, terus terang, tiba-tiba aku mendapat ilhamdari realitas ini. Aku akan menulis sebuah puisi yang niscaya mampu mengejawantahkankesuramannya. Aku kira tidak ada kekuatan dari peradaban manusia yang lebih ampuh daripadakata, bahasa, piranti budaya yang sanggup mewakili pikiran yang dikcindung otak dan perasaanyang dikandung hati. Adalah kata yang dapat membual benci dan perang, serta kata pula vangdapat membuat cinta dan damai. Puisi yang bersandar pada kata, sebab puisi percaya pada nilaitembus ruangnya kata. Bagaimana pendapat kalian?"Sang pelakon menjawab.Yang menjawab sang pelukis. "Baik ."Karena sang pelakon diam, sang penyair pun bertanya kepadanya, "Bagaimana pikirandan perasaannmu melihat buyung itu? Apakah kamu tidak terharu dan iba melihat nasibnya?"Jawab sang pelakon, 'T id ak . Aku pun pernah menjadi seperti itu. Dan, orang-orang yangmenyaksikan aku, semua memberi aplaus, tepuk tangan apresiasi, memuji aktingku. Ketika akumelakukan aktingku itu, aku memerintah ilham, memanfaatkan alat-alat tuhuhku, roh dan jiwa,untuk membuat diriku benar benar meyakinkan seperti itu. Sebelum sanggup melakukan itu,terlebih dulu aku melakukan observasi kejiwaan dalam tiga cara, yaitu introspeksi: mengamatiproses penghayatan atas kejadian yang sudah berlangsung di dalam diri; ekstrospeksi:mengamati proses penghayatan atas kejadian yang sudah berlangsung di luar diri; retrospeksi:mengamati sambil menghayati proses kejiwaan yang sedang berlangsung di dalam diri. Hasilobservasi ini aku simpan di dalam suatu wadah dalam tubuh-roh-jiwa yang aku sebut ’modusk reatif sebagai sukucadang ilham. Begitu aku membutuhkannya, aku panggil untuk membajudiriku, mencipta aktingku. Ini yang aku maksudkan tentang kemampuanku memerintah ilhamBukan menunggu ilham."
INTENSIFIKASI PROSES PENCIPTAAN SENI RUPA Mr. Sunaryo
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 4 / Januari - April 2007
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i4.247

Abstract

Di tengah situasi percepatan global dan perkembangan seni rupa internasional dewasa ini,seniman dituntut untuk mampu bersaing dalam arena yarg semakin luas dan kompetitif.Persentuhan seni rupa Indonesia dengan lingkaran-lingkaran lebih luas, seperti dalam Biennaleatau Triennale Internasional, sejak awai 90-an mengindikas.kan hal tersebut. Kita juga bisamencermati ge|ala paling mutakhir, yakni karya-karya seni ru?a Cina menyerbu galeri-galeri ditanah air. Meningkatnya skala persaingan semacam ini menyebabkan para seniman Indonesiaharus memperdalam proses kreasinya secara lebih intensif dan kontinvu agar karya-karya yangdihasilkannya mampu merefleksikan tingkat pencapaian artistik yang terus berkembang dantetap memperlihatkan keunikan atau jati dirinya.Dalam konteks penciptaan seni rupa, banyak upaya yang bisa dilakukan agar kreativitasseorang seniman tidak mandeg atau beku. Untuk orang-orang kreatif, situasi persaingan justrumerupakan tantangan yang bisa mendorong lahirnya gagasan-gagasan artistik yang baru secararadikal. Namun saya tidak akan menjelaskan teori-teori mutakhir tentang kreativitas manusia.Saya hanya akan berusaha berbagi apa yang saya fahami dan pelajari dari pengalaman seliari-harimengamati proses kreasi para seniman, mahasiswa seni mpa dan karya-karya mereka. Contohcontohseniman dan karya-karya yang akan saya kemukakan kali ini juga bukan patokan yangmengikat.
MEMBACA GAMBAR BERPIKIR VISUAL Drs. Baskoro Suryo Banindro
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 4 / Januari - April 2007
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i4.243

Abstract

Reading a picture is no different to reading verbal text. The brain sensors o f the obsener willidentify and the psyche will translate the results differently based on the references and experiences o f theaudience. Technical illustration as an element o f visual language has its own illusive property because thecomponents are assembled from a mechanical series. This technical illustration should enable to provide athree-dimensional visual information on the material composite, the works, and placement.Keywords: Technical illustrations, visual information, monosemic, three-dimensional.
KERAMIK TRADISIONAL VERSUS KERAMIK MODERN DI SENTRA GERABAH KASONGAN Arif Suharson, S.Sn.
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 4 / Januari - April 2007
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i4.248

Abstract

Ceramic artists and observers play an important role in the development c f traditional potteryproducts in Kasongan. Pottery products, which were only kitchenwares, have been transformed into bothfunctional and decorative products. Decorative nuance, as the product's characteristic o f this village, ismade by patching technique. Such a technique has made the village o f Kasongan become a famous touristdestination.Foreign demand fo r minimum or eliminated decorative patching has resulted in the disappearance o fthe patching technique. Thus, modern pottery products are combined with such other materials as agel,rattan, stern o f banana bunch, and others.The requirements o f becoming more competitive and obtaining a good market has changed theattitudes of Kasongan people to adjust to ongoing development. This has resulted in the fading o f thetraditional patching technique for the products. This paper is expected to provide further analysis o f theprospects o f Kasongan village development as vxll as an attempt to preserve the patching technique whichused to be a characteristic o f Kasongan pottery.Keywords: Ceramics, Patching technique.
TERRA INCOGNITO SURREALISME YOGYAKARTA Dr. M. Dwi Marianto, M.F.A.
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 4 / Januari - April 2007
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i4.244

Abstract

Surrealism, which was coined in the First Manifesto o f Surrealism by Andre Breton in 1924,indeed begun and was centred in Paris, before spreading nut to a number o f countries beyond F.urop?,including the Pacific region. Interestingly, in the Surrealist international map published in 1929, Francewas not there, and it was as i f the USA never existed, whereas it was the Pacific Regioti which was regardedas the centre o f the world. The Parisian Surrealist highly appreciated art from the region. As a mutter offad,there were really artists in a number o f countries, including Indonesia, who were well-accepted andappropriated Surrealism according to their respected culture. In Yogyakarta, surrealists' works o f artemerged phenomenally in the 1970s and have been continuously produced until now. RegardingIndonesian surrealism, M. Dioi Marianto suggests that surrealism exists in any culture and society. TheParisian culture did not come to Yogyakarta directly but through reproductions o f Surrealists’ w o rkprinted in Modem Art books. Images o f surrealist works were then seen and adopted by many artists asuxiys o f producing surrealistic works o f art. In this resjyect it is more appropriate to regard the ParisianSurrealism as having triggered surrealist virtual potentials or tendencies that hud indeed been embedded inthe culture and sub-cultures streaming through Yogyakarta as a state o f mind.Keyu>ords: Surrealism, Parisian Surrealist, state o f mind
ILUSTRASI DAN CERPEN Drs. Effendi
Ars: Jurnal Seni Rupa dan Desain No. 4 / Januari - April 2007
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/ars.v1i4.249

Abstract

Currently, illustrative art has increased its degree: from an applied art to a fine or pure art; from arepresentative art which tends to be realistic even as realistic as photography to a non-figurativepresentation or abstract. However, in the present world o f art, it is still an applied art. So, how is its degreeincreased? Furthermore, the illustrations ncrwadays are often related to a short story or prose, one o f thegenres of literature. How does it relute to a short story?Keywords: Illustration, Kompas Newspaper

Page 1 of 1 | Total Record : 7